Ya. Cinta. Topik yang paling sering dibahas oleh para cabe-cabean, remaja alay, bahkan para orang
dewasa sekalipun. Saya termasuk
veteran galau di dunia persilatan cinta. Jujur saya pernah mengalami apa yang
mungkin dirasakan para Galau Mania bahkan mungkin saya lebih hebat lagi
karena urusannya melibatkan keluarga kedua belah pihak.
Mengapa cinta itu menjadi hal yang sangat ribet untuk
dibicarakan? Padahal simple kok. Cuma urusan hati ke hati. Terus
apa yang ribet? Yang
ribet itu cinta congcorang (belalang sembah). Kenapa? Karena kalo si jantan
udah cinta sama si betina, maka sama saja dia rela kehilangan kepalanya karena
pada akhirnya setelah kawin, para betina akan memakan kepala si jantan. Nah,
kalo di aplikasikan pada manusia, sepertinya semua laki-laki pasti bakalan jadi
homo biar ga ilang kepalanya. Yang lebih berbahaya kalau sampai
setelah kawin, kita para cowo harus kehilangan si “Udin”. Hilanglah sudah
keperkasaan kita selaku pria cuco. Itu hanya analogi sekaligus bukti bahwa dalam mencintai, kita harus rela
berkorban. Apapun itu yang memang pantas untuk dikorbankan baik itu
waktu, materi, bahkan harga diri. Dan yang terberat yaitu kita harus memahami, bukan hanya mengerti, keadaan masing-masing. Mengapa?
Karena orang mengerti belum tentu paham namun orang yang paham sudah pasti
mengerti.
Oke,
saya akan membahas permasalahan cinta
pada remaja umumnya, laki-laki khususnya, tentang kesulitan bertemu atau
jalan bareng. Biasanya masalah LDR. Maaf bagi
para perempuan, bukan maksud saya memojokan anda namun apabila merasa terpojok oleh kata-kata saya,
beberapa kasus dibawah tinggal dibalik aja posisi cowo ke cewe-in. Sebagai awal
bahasan, kita ambil contoh, yaitu tentang “Si dua sejoli yang cuma bisa ketemu
satu semester 4 kali-bahkan-engga”.
Kasus pertama, dua sejoli yang susah ketemu karena
masalah “tugas mendadak” :
Cowo : (Nelpon)
Halowwwhhhh sayangssss... Lagi dirumah? Lagi sibuk ga?
Cewe : Iya
aku dirumah. Ngga
sibuk ko. Kenapa
gituuuu?
Cowo :
Ketemuan yu? Aku kebetulan lagi libur dan di rumah ga ada kerjaan apa-apa. Gimana?
Cewe :
Aduh aku ada tugas kelompok, say. Kapan-kapan aja ya.. Love youuuu...
Cowo :
Ooh. Iya udah ga apa-apa ko. Lancar ya tugas nya. Love you too.. (“TERUS KENAPA
TADI KAMU BILANG GA SIBUK EDAAAAAAAAAAAAN???”)
Nah. Itu baru kasus pertama. Selanjutnya kasus kedua,
yaitu dua sejoli yang susah ketemu karena
“takut-sama-orang-tua-jadi-backstreet-aja” :
Cowo : (Nelpon
lagi) Sayang,
ketemuan yu. Aku jemput ya.
Cewe : Hmm...
Gimana ya? Hayu aja deh. Tapi ga lama ga apa-apa kan?
Cowo :
Ga apa-apa (BIASANYA JUGA GA PERNAH LAMAAAAA!!!) Ya udah aku jemput sekarang
ya...
(Beberapa menit kemudian...)
Cowo : Say,
udah mau nyampe rumah nih.
Cewe :
Eeeeeeeh! Jangan berhenti di depan rumah! Depan rumah tetangga aja.
Cowo :
Lho? Kenapa? Aku juga kan sekalian mau silaturahmi sama ortu kamu aja. Ga
masalah kan?
Cewe :
Ngga boleh. Pokonya kamu tunggu depan rumah tetangga. Aku males ditanya-tanya tentang hubungan kita. Ntar
mereka malah marah sama aku.
Cowo :
Terus kalo aku sekalinya keliatan ortu kamu waktu nganter ke rumah, kamu bilang
jujur sama mereka kalo aku pacar kamu?
Cewe :
Ngga lah, sayang! Aku ga mungkin bilang gitu. Aku cuma bilang kamu kakak kelas
aku kebetulan ada perlu, jalannya searah jadi sekalian nganter aku, gitu deh. Please
ngerti yah sayang kita backstreet dulu aja.
Cowo :
Ooh. Iya udah ga apa-apa kok sayang. (“TERUS WAKTU KEMAREN AKU NITIP SALAM BUAT
ORTU KAMU DAN MEREKA BALES DENGAN BILANG ‘Waalaikumsalam calon menantu J’ MAKSUDNYA APAAAAAAAA???”)
Yaudah deh ga apa-apa. Jadi aku nunggu kamunya depan rumah tetangga pinggir
rumah kamu aja ya.
Cewe : JANGAN!!! Entar ketauan!
Cowo : Terus rumah tetangga yang mana?
Cewe : Pokoknya jaraknya 1 kilometer dari rumah
aku.
Cowo : (Edan…) Oke deh aku tunggu.
Cewe : Iya aku siap-siap dulu ya…
Beberapa
menit kemudian…
Cewe :
Eh sayang tiba-tiba Papa nyuruh aku ikut nengok keponakan. Aku dipaksa ikut.
Soalnya sama mama juga ngajaknya. Maaf ya ga jadi? Ga apa-apa kan sayang?
Jangan marah ya..
Cowo :
Oh. Yaudah ga apa-apa kok sayang. Hati-hati dijalan ya. (TERUS AKU YANG UDAH
DIDEPAN RUMAH TETANGGA-YANG-JARAKNYA-1 KILOMETER INI MAKSUDNYA APAAAAAAA???)
Pada akhirnya muncul keinginan si cowo untuk ngeledakin rumah
tetangga si cewe.
Nah. Itu kasus kedua. Terakhir kasus ketiga, yaitu dua
sejoli yang susah ketemu tapi untuk temen-temennya gampang-gampang saja :
Cowo :
(Lagi-lagi nelpon) Sayang, ketemuan yuk di kafe. Kita beli es krim kesukaan kamu. Kita kan
udah lama ga ketemu semenjak aku kuliah (Padahal sih selama aku di SMA juga
kita cuma ketemu secara accidental kalo bukan karena aku se ekskul sama kamu.
Apalagi kalo udah kerja…).
Cewe :
Hmm, gimana ya.. Aku lagi jagain mama. Kalo misalnya boleh keluar, aku pasti mau kok
hangout sama kamu. Tapi kayanya ga bisa, say. Soalnya mama agak sakit. Maaf ya?
Cowo :
Ya udah ga apa-apa. Kalo aku anterin aja es krimnya ke rumah kamu, gimana?
Cewe :
Jangan!!! Pokoknya jangan! Ngerepotin kamu ntarnya.
Cowo :
Ga apa-apa ko sayang. Kan ini aku yang niat beliin bukan kamu yang minta.
Lagian kan udah lama aku ga beliin kamu eskrim strawberry lagi...
Cewe :
Ga boleh! Pokoknya kalo sampe ngebeliin, aku ga mau ketemu lagi sama kamu!
Cowo :
(Anjir!!! Skak Mat!!! Keluarin jurus pamungkas cowo
konvensional, NURUT!!!) Ya
udah deh sayang iyah ga akan aku beliin, jangan ngambek yaa.. Cepet sehat buat
mama yaa..
Cewe :
Makasih udah ngerti. Iyah amiiin. Makasih ya ntar aku sampein ke mama.
(Namun beberapa saat si cowo buka social network
“Serbuk”, dan liat profil si cewenya dengan nama profil si cewenya “Cabe
Ijo” terdapat
beberapa postingan Tembok ke
Tembok dengan salah seorang temannya yang bernama “BonCabe” isinya gini soooob.)
BonCabe :
Hey sistah! Gimana ntar sore acara bakar jagung jadi?
Cabe
Ijo : Iyah jadi dongs. Kalian kerumah aja dulu
sekaligus kumpul sama beres-beres. Ntar beli bahannya kalo udah pada ngumpul
ya.
BonCabe :
Oke deeeeeh cantiiikssss!
Cabe
Ijo : Yang lain pada jadi dateng kaaaan?
BonCabe :
Iyadongs ini udah pada ngumpul.
Cabe
Ijo : Okeeee. Ditunggu yaaaaa!
(Dan si cowo pun akhirnya kena serangan jantung.)
Nah itu 3 contoh masalah dalam hubungan cinta remaja. Sebetulnya
masih banyak namun kita bahas sedikit-sedikit saja. Sekarang kita ambil makna dari masing-masing masalah
diatas.
Pada masalah pertama, sebenarnya kita hanya perlu berkaca
pada iklan Rempongsel produk “Kartu Asuransi” dulu yang isinya ada cewe bilang “APA
SUSAHNYA NGOMOOOONGKKHHHH??? SMS GA PERNAH~ TELPON GA PERNAH~” itu sangatlah benar. Mengapa? Jadi
apabila kita memang sibuk, atau tidak ingin ketemuan karena ada hal-hal
tertentu, tinggal bicara jujur saja. Toh sekalipun si lawan bicara kesal,
mereka tak akan pasang tampang nahan beol sampe mati. Pasti akan muncul pengertian-pengertian yang
membuat kita memahami keadaan si pasangan dan itulah sebenarnya salah satu arti
dari “kesetiaan”, yaitu mengungkapkan keadaan dan keberadaan kita dalam kondisi
apapun.
Di masalah kedua, pada dasarnya orang tua itu berbeda
cara mendidik anaknya. Keluarga itu tidak ada yang sama kehidupannya dan cara
menjalani hidupnya. Ada yang bapaknya enjoy bak om Mario Teguh dan oke kaya om
Bob Sadino, ada juga yang bapaknya kejam bak Hitler dan mengerikan
kayak Joker terutama dalam
masalah pacaran ini. Ada yang membebaskan, ada yang membebaskan-tapi-harus-kenal-dulu,
ada yang membebaskan-tapi-harus-kenal-dulu-terus-ada-syaratnya, ada juga yang
benar-benar strict dan tidak boleh berhubungan/pacaran sama sekali. Memang
bukanlah hal yang mudah untuk meyakinkan orang tua, namun berusaha tak ada
salahnya kan? Yang penting kita mengetahui apakah baik orang tua kita dan orang
tua pasangan kita memperbolehkan kita berhubungan atau tidak. Apabila kita
diperbolehkan, bukan berarti kita bebas melakukan apa saja bersama pacar kita
dan apabila kita dilarang keras oleh orang tua kita, itu bukan akhir dari
segalanya. Nah apabila seperti itu, maka barulah kita gunakan istilah
“Backstreet” atau pacaran tanpa diketahui pihak-pihak tertentu. Ada banyak cara
untuk mengatasi masalah ortu ini. Dan kembali lagi kepada cara kita meyakinkan
orang tua kita juga. Ini juga termasuk salah satu arti “kesetiaan”, yaitu mampu
membuat dunia percaya bahwa kita tidak akan bertindak macam-macam dalam
hubungan pacaran ini.
Nah. Dalam masalah yang ketiga, ini adalah yang paling
miris dan yang paling banyak menjadi sebab selingkuh dalam LDR (Long Distance
Relationship). Mengapa? Karena bagi sebagian pasangan,
terbentuk mindset bahwa pasangan kita itu tidaklah terlalu penting saking
jarang ketemunya dan sudah menemukan cabe-cabean lain. Mending apabila dalam masalah diatas kita diajak untuk
hepi-hepi bersama toh ngga merugikan ya kan? Yang lainnya pun pasti mengerti. Kalo
saya pribadi berprinsip pacaran itu nomor 5 karena
yang pertama itu ibadah, kedua keluarga, ketiga belajar dan keempat bekerja,
baru pacaran kita urus, namun apabila seperti ini, maka apa arti eksistensi
kita selama berhubungan dengan pasangan kita? Mungkin bagi yang melakukan LDR,
bertemu dengan sang kekasih adalah hal yang paling kita rindukan. Saya berani
bertaruh nyawa tetangga apabila ada diantara kalian yang menyebutkan bahwa “LDR
kan ga perlu ketemuan”. Itu sih artinya kita ngerelain
pasangan kita punya selingkuhan karena “kurang perhatian langsung”. Yang namanya komunikasi langsung itu
diperlukan dan tetap yang utama. Kan bisa via perantara SMS, telepon, BBM,
chatting, dll? Sob… Kita itu bukan pacaran sama tulisan dan bukan pacaran
sama suaranya doang sob! Komunikasi langsung atau ketemuan itu perlu dimana
kita bisa melihat wajah kekasih kita secara langsung, cara dia berbicara, cara
dia tersenyum, cara dia bercanda, marah dll. sebagai pelepas rindu disamping
komunikasi via perantara macam surat, SMS, telepon, BBM, chatting, dsb dalam
konteks hubungan pacaran apalagi LDR. Sekarang coba pikirkan. Teman sekelas
apalagi SMA atau kuliah, hampir setiap hari bahkan bisa bertemu terus. Lihat
yang LDR an. Makan di kafe sendirian, sekelilingnya pada mesra,
becanda-becanda, ada pula yang lagi marahan, ada yang
mau bunuh diri, ada yang lagi rebutan coklat, ada yang lagi perang-perangan,
ada yang bawa granat, gergaji mesin, AK-47, semuanya berwarna. Dan lihat yang LDR an. Jalan-jalan sendirian entar disangka jomblo.
Kalo jalan bareng temen kuliah, takut disangka homo. Kalo emang jalan-jalan, sekelilingnya pada bareng pasangan,
enjoy dan mesra. Dan sekarang
teman sekelas atau sepekerjaan yang setiap hari bertemu begitu
menjadi prioritas dibanding para kekasih yang hanya bisa bertemu seminggu, dua
minggu, sebulan bahkan setahun sekali. Sama saja kita diselingkuhi dengan sikapnya yang
mengutamakan temannya secara keterlaluan. Bayangkan! Betapa merindunya para kekasih yang jauh yang
merindukan kebersamaan hubungan mereka dan betapa KEJAMnya mereka yang lebih
mengutamakan yang sering ketemu. Sontak dengan hal seperti itupun bakal muncul
keinginan-keinginan untuk selingkuh. Siapapun itu saya berani jamin. Karena
sekarang bertemu pun enggan, apalagi untuk menjalani ke jenjang yang lebih
serius. Itu adalah hal yang mustahil tanpa komunikasi secara
langsung Dan saya yakin, yang mengalami hal
ini juga pasti sudah mengalami
selingkuh karena tak dianggap. Diselingkuhi itu memang sakit. Tapi
pikirkanlah sebab selingkuh itu, sepertinya karena kita juga “diselingkuhi”
oleh perbuatan sang kekasih, itu adalah penyebab selingkuh paling akut di dunia
keremajaan bahkan mereka yang sudah menikah. Bisa dibilang ini juga menjadi
arti lain dari “kesetiaan”, yaitu mampu hadir untuk kekasih kita disaat kita
benar-benar membutuhkan kehadirannya dan benar-benar mampu untuk
“benar-benar hadir” dalam hidupnya.
Setia itu bukan berarti tidak pernah selingkuh, tapi
tidak pernah menyia-nyiakan. Baik itu menyia-nyiakan kasih sayang, kesempatan
bertemu, pengertian, pemahaman, perhatian juga kepercayaan. Apabila kita masih belum bisa
mendalami hal-hal barusan, berarti kita masih belum setia. Hal
tersebut dapat mengakibatkan orang yang mencintai dan menyayangi kita dengan
tulus, mereka malah
merasa sia-sia keberadaan dan cintanya karena ulah kita juga. Orang berbuat jahat kepada kita karena berawal dari
perbuatan kita juga, bukan tanpa sebab. Karena orang yang tulus menyayangi
seseorang itu, bukan dilihat karena “aku ini setia”, “maaf aku belum bisa
ngasih apa-apa sama kamu” atau “maaf orang tua ga merestui” atau bahkan hal
menyedihkan seperti “maaf bukan tipe saya” atau “kamu terlalu baik buat saya”,
tapi dilihat dari sejauh mana dia memperjuangkan cinta dan kasih sayangnya akan
orang yang dia sayangi dan cintai.
Mungkin, beberapa sahabat yang membaca tulisan ini adalah termasuk orang yang
berjuang terus menerus, selama berbulan-bulan atau bahkan hampir bertahun-tahun,
sekalipun mereka tak akan pernah dilirik lagi oleh pasangannya “karena
selingkuh”…